05
Juni 2018
Pagi
ini aku pamit ke bapak buah datang telat dengan alasan mengantar ibu mengambil
pensiun. Tidak hanya mengantar ibu, hari
ini aku juga mengantar tetanggaku, Bu Min mengurus Skep Janda di Kantor
Suaminya.
Alhamdulillah,
semua urusan lancar.
Di
bulan 10 nanti, Bu Min disuruh kembali untuk mengambil Skep jandanya itu. Pulang dari kantor suaminya, kami langsung
menuju ke kantor pos besar untuk mengambil pensiun.
Dan
... Ya Allah, kantor pos saat ini bener-bener padat oleh para pensiunan yang
sepertinya sudah tak sabar ingin segera mencairkan dana pensiunnya.
Oh
ya ... sebentar lagi kan sudah lebaran. Jadi mungkin sudah pada ingin mengambil
uang untuk berlebaran. Ada hal yang membuatku sedih kalau pergi ke kantor
pensiunan ini.
Melihat
mereka yang sudah tua dan tertatih-tatih dengan pandangan hampa, membuatku
trenyuh. Bisa jadi, aku juga akan menua
seperti mereka besok.
SIGH.
**
Di
kantor, kulihat Mbak Yun tidak ada di tempat.
Rekan-rekan bilang dia bezoek sama mbak Tut ke RSAL. Aku tidak mempermasalahkan hal ini.
Tapi
kenapa tidak pamit?
Aku
melihat ini sebagai sebuah pelanggaran. Okelah, aku memang mau pindah dari
kantor ini. Surat mutasiku juga sudah ada. Tapi hingga detik ini, aku masih
menjadi bapak buahnya.
Nggak
cuma sekali dua kali dia melakukan ini.
Aku
bersikap sinis, meski dia sudah meminta maaf. Aku tahu, itu kata maaf palsu.
Aslinya dia masih mendendam ke aku terkait dulu aku pernah mengusulkan dia
untuk pindah ke kantor lain.
Aku
berani bertaruh, kantor ini tidak akan maksimal tanpa kehadiranku. Sudah beberapa orang yang menjabat di
jabatanku saat ini. Dan tak ada yang sanggup bertahan.
kalau
sekarang aku memutuskan untuk pindah, itu karena aku merasa sudah mentok
menghadapi permasalahan-2 di kantor ini.
Aku
merasa bapak buahku hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Dia tak pernah
berpikir tentang kesejahteraan anggotanya.
Jadi
tak ada alasan buatku untuk bertahan di tempat ini.
***
Sorenya
Bu Dewi minta tolong aku mengantarnya ke Nissan Servis Mobil di jalan
Tunjungan. Semula dia hanya memintaku memesankan Grab. Tapi aku putuskan untuk
mengantar beliau sendiri.
Bagaimanapun
juga, aku sudah menganggap beliau sebagai atasan, rekan, sahabat dan teman
curhat. Buatku pribadi, beliau adalah
orang yang pantas dijadikan teman baik.
Jalanan
– lagi-lagi- macet parah.
Saat
di jalan Undaan, aku bahkan sempat diumpat oleh pengguna jalan lain gara-gara
mobilku yang menghadang jalan mereka.
Lho,
aku tidak dengan sengaja melakukan ini. Semua gara-gara lampu lalu lintas yang
error, hingga saat lampu sudah menyala merah, mobilku masih ada di posisi
tengah jalan.
Sabar-sabar-sabar
...
****
Aku
berencana akan makan malam dan nonton bioskop saja di sini. Tapi ... tempat duduk di foodcort semuanya
penuh. Semua terisi dengan orang-orang kelaparan yang menunggu azan magrib
berbunyi.
Akhirnya
aku mencari resto yang belum banyak pengunjungnya. Pokoknya aku harus dapat tempat duduk untuk
makan. Makan apa sajalah.
Akhirnya
pilihanku jatuh pada menu Rawon Ireng dan segelas teh manis. Not really yummy, tapi
masih bisa menghilangkan rasa kelaparanku.
Keinginan
untuk nonton film harus batal, karena jadwal film yang diputar terlalu malam. Sepertinya mataku sudah lelah. rasa kantukku juga mulai timbul.
Aku
memutuskan untuk pulang dan tidur saja.
Berharap
esok hari menjadi hari yang baik buatku. Berharap akan ada pencerahan-pencerahan
yang terjadi dalam hidupku. Jujur, aku bosan dengan kehidupan flat yang sedang aku jalani.
Ya
Allah ... beri saya lindungan-MU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar