Translate

Selasa, 19 Juni 2018

I LOVE YOU MOM



Semalam Mbak Sri, teman Tata datang berkunjung.  Dia ini memang teman baik Tata. Dalam beberapa kegiatan keluarga, dia selalu ada. Dia sudah kami anggap sebagai saudara.

Dia bercerita bahwa lebaran kali ini anaknya yang angkatan darat tidak bisa datang. Seperti ada nada sedih yang dia utarakan.  Dia bercerita bahwa meski sudah bekerja, anaknya ini masih juga minta uang ke ibunya untuk keperluan ini dan itu.

Padahal dia tahu, pekerjaan ibunya adalah penjahit. Berapa sih  pendapatan seorang penjahit? Sungguh aku heran dengan kelakuan anak-anak sekarang.

How come they did to his mother?

Bagaimanapun juga, ibu adalah orang yang harus kita muliakan. Itu jelas sudah tertulis di kitab suci agama manapun.  Sebanyak apapun harta yang kita berikan pada ibu, tak akan mampu menggantikan jasa-jasanya membesarkan kita.

Semoga sang anak segera menyadari kesalahannya ini.

Aku jadi teringat beberapa hari yang lalu, bu Ira (75 thn) tetanggaku juga bertandang ke rumahku. Dalam pembicaraan, beliau  menyinggung tentang masalah anak perempuannya.

Anak perempuannya itu, sebut saja Aya (48 tahun) kemarin diusirnya dari rumah. Wow ... how come? Hahaha ... sebenarnya kami sudah tahu masalah itu. Tapi kami tak mau ikut campur dengan masalah mereka.

“Aku usir Aya dari rumah”
“Lho kenapa, Tante?”
“Lha nggak ngerti blas. Malah ngerusoni tok di rumah!!!”

Waduh. Sungguh sangat jauh berbeda dengan apa yang aya ceritakan pada kami. Menurut Aya, ibunya inilah yang cerewet dan hanya berpikir tentang uang, uang dan uang.

“Coba lihat sendiri. bangunnya siang-siang. habis itu di depan komputer nggak mari-mari sampai siang. Habis makan, terus tidur lagi”

“Emang nggak bantu bersih-bersih rumah gitu?”

“Ngerasakno bersih-bersih. Benahin tempat tidurnya aja enggak! Cobak, wedok macem apa itu? Ngurusi anaknya aja enggak, apalagi ngurusi orang tua?”

“Waladalah”

“Pergi pagi kesana-sini  pulang malam-malam, nggak bawa uang. Lha dipikir bensin nggak bayar tah?  Beras nggak tuku? Air nggak bayar?”

Lalu Bu Ira bercerita panjang lebar tentang keburukan-keburukan Aya. Termasuk tentang kebodohannya menikah sampai 7 kali tapi nggak dapet apa-apa. Zong!

Sebagai seorang ‘sahabat’ aku hanya bisa mendengarkan  ceritanya, sambil mendoakan semoga Aya segera sadar dan menyadari kesalahan-kesalahannya.

Hanya itukan, yang bisa aku perbuat.

Buatku pribadi, ibu is number one. Tak ada seorangpun di dunia ini yang sanggup menggantikan posisinya. Bahkan seorang kakak perempuanpun tak pernah mampu berperan dan bersikap sebagai seorang ibu.

I LOVE YOU, MOM.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar