Translate

Jumat, 08 Juni 2018

KEGIATAN PENUH



TAKZIAH KE MOJOSARI MOJOKERTO






Pagi ini ada kabar duka.

Bapak mertua Pak Sas meninggal dunia.  Beberapa hari yang lalu, aku berniat menengok belia, namun tidak jadi. Hanya mbak Tut dan beberapa teman yang pergi membezoeknya.

Aku berencana takziah ke rumah duka di Mojokerto bersama Bu Dewi, Mbak Tut dan Mbak Endang naik mobil Bu Dewi.

Aku izin ke atasanku.

Dan jawaban dia adalah,”Silakan, tapi bisa gak balik jam 11?”

Ajegile.  Ini bos macam apa? Bagaimana bisa aku menempuh perjalanan Sby-mojokerto bolak balik hanya dalam waktu 2 jam saja? Aku tahu ini caranya mencegahku berangkat!

Go to hell!

Aku memutuskan untuk tetap berangkat.  Lagian mau ngerjain apa sih di kantor? Ini kan hari terakhir kerja. Besok kami sudah melaksanakan cuti bersama selama 10 hari kerja. Di kantor juga nggak ada kerjaan yang urgen. Masih bisa dihandle sama karyawan lain.

Hubunganku sama Pak Sas memang bukanlah hubungan yang dekat, namun melakukan takziah adalah hal yang lebih penting daripada menghadiri pernikahan atau sunatan misalnya.

At least bisa menghibur hati orang yang ditinggal mati keluarganya.

Aku pernah ditinggal mati bapakku, maka aku bisa merasakan betapa jiwaku serasa hilang.  Badanku berdiri tegak, namun pikiran, semangat dan akalku bak hilang di telan bumi.

Pukul  11.30 kami tiba di Mojosari.

Setelah basa-basi, kamipun pamitan pulang pada pukul 12 siang. Perjalanan kali ini masih lancar, meski beberapa truk dan trailer membayang di kanan-kiri jalan.

Sampai di kantor, atasanku rapat dengan boss besar sampe pukul 3 sore.  Tak ada kerjaan lagi.  Aku membuatkan surat izin Pak Rudi yang mau pergi ke Bali dan Kalimantan. Tanda tangan atasan aku scan saja.

Sigh.

Harusnya aku sudah membuat surat izin untuk seluruh rekan-rekanku. Tapi entahlah, kemarin-2 aku seperti sibuk sendiri. Jadi nggak fokus dengan tugas-2 pokokku selaku asisten atasan.

Bahkan, kartu ucapan Selamat Hari Raya juga tidak aku buat.

Entahlah, apakah ini karena aku kecewa pada sikap atasan. Ataukah aku memang tidak fokus lagi gegara akan dipindahkan ke kantor baru. Bisa jadi aku memang bekerja tidak sepebuh hati (lagi).

Aku lelah fisik dan pikiran.

Pukul 16.00 atasanku pamit pulang dan minta maaf atas kesalahannya selama ini. Kusalami dan kuucapkan terima kasih atas uang lebaran sebesar 250k.  Kecil ya?  Hmm … itu sudah termasuk besar karena setara dengan uang THR para top manajer.



THR BUAT MAK RINA (NOSE)




Sore ini sebenarnya aku berniat mampir ke Giant Supermarket.  Ada beberapa barang yang akan kubeli. Tapi teringat kemacetan lalu lintas kemarin sore, aku memutuskan untuk pulang saja.

Mampir ke Mak Rina Nose, penjual botok, kolak dan gorengan langgananku. Kubeli botok, kolak dan ayam bumbu goreng untuk makan keluargaku nanti sore.  Kulihat Mak Rina sedang duduk termenung di depan lapak jualannya di pinggir jalan.  Pikirannya seolah menerwang jauh.

“Mak …”
“Eh boss … tuku opo iki?”
“Botok kolak sama ayam bumbu. Jangkepi 50 ribu yo!”
“Siap boss”

Kuberi dia uang 50 ribuan plus 1 lembar uang 100k.

“Iki gawe lebaran, yo …” kataku.
“Alhamdulillah. Semoga boss rejekine lancar. Sehat selalu”
“Amin”

Aku ikut bahagia melihatnya bisa tersenyum lebar seperti itu. Bener pepatah orang bijak,”Rasa Bahagia bisa kita dapat dengan cara membahagiakan orang lain”

Sore ini aku merasa bahagia.

Subhanallah.
Allahu Akbar.
Tuhan Maha Suci.
Tuhan Maha Besar.


 INGET BAPAK (ALM)

Ada setitik air mata di sudut mataku. Aku teringat almarhum bapakku. Nggak terasa sebentar lagi sudah 1 tahun kematiannya.  Entah kenapa begitu sulit melupakan kenanganku bersama bapak.

Ya Allah beri bapakku kelapangan kubur, cahaya di alamnya dan selalu dalam Lindungan-MU.


  






GADIS GILA!!!

Dapet paket dari TIKI.

Kukira paket apa!  Begitu kubuka, ternyata dari Irta, perawan tua yang menggilaiku. Sudah berkali-kali aku katakan padanya, aku tak mau lagi berhubungan dengan dia.

Tapi dia sepertinya sudah membabi buta.

Dia bersikeras ingin menjalin hubungan denganku.  Dasar cewek gila!  Sudah berkali-kali aku katakan, aku tidak mau lagi berhubungan ataupun sekedar  kontak  lewat surat dengannya.

Harusnya dia sadar.

Dia bukanlah gadis yang aku inginkan. Tak ada sifat-sifat ataupun penampilannya yang aku suka. Bahkan harta benda yang dia tawarkan padaku tidak sanggup menggoyahku pikiranku untuk berhubungan dengannya.

Aku hanya akan mencari istri seorang  wanita yang aku suka dan aku cintai. Aku tak mau menikah hanya sekedar untuk menanggalkan status kejombloanku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar