Semakin
berumur (baca: tua) kita harus semakin peduli pada kesehatan kita. Kalau dulu,
waktu masih 20-30 tahun, jarang ada kendala kesehatan. Tapi sekarang, menuju ke
50 tahun … aku harus benar-benar menjaga kesehatan.
Asupan
makanan yang kita makan, istirahat yang cukup, aktivitas olahraga dan hindari
stress. Itu yang bener-bener harus dijaga.
Celakanya,
aku kadang mengabaikan itu semua. Aku merasa masih seperti pemuda berumur 30 tahunan. Masih
setrong dan gagah perkasa. Hahaha … nyatanya itu semua hanyalah angan-angan
kosong belaka.
Hampir
setiap hari, aku selalu minta tolong ibuku untuk membalurkan minyak gosok, agar
badan terutama punggung bisa tegak kembali. Kadang ibuku menawarkan agar
punggungku di kerok saja.
Kalau
kulihat ibu sedang tidak capai, aku mengiyakan saja keinginannya itu. Sambil
kerokan, sambil cerita ini itu biar hati ibuku lega ada yang masih mau berbagi
cerita dengannya.
Soal
istirahat, sejak usia 40 tahun, aku mulai menderita gangguan tidur. Kadang
tidur mulai jam 10 malam, eh kebangun pukul 2 pagi, trus nggak bisa tidur lagi
sampai keesokan harinya. Parah, kan!
Belum
lagi soal stress dalam pekerjaan. Menghadapi pekerjaan yang seolah tak ada hentinya,
menghadapi si boss yang kadang-2 bawel ternyata menimbulkan stress juga.
Belum
lagi soal makanan dan minuman. Sebagai
pewaris diabetes dari bapak, seharusnya aku melakukan diet gula dan sejumlah
makanan yang pantang aku makan. Tapi apa daya? Kadang aku mengabaikan itu
semua. Aku masih makan yang enak-enak dan minum yang manis-manis.
Ya
Tuhan, sepertinya aku memang sedang menantang Gusti Allah. Bagaimana bisa aku berbuat sesembrono itu? Apa
aku tak takut kena diabetes parah, stroke atau lumpuh?
Masya
Allah.
Ampuni
aku Ya Allah. Bukan hamba-MU ini mengujiMU. Namun hamba memang belum sanggup
melakukan kedisiplinan-kedisiplinan itu.
Namun
hamba berjanji akan melaksanakan semua perintah-MU dan melakukan hal-hal yang
berguna untuk menjaga kesehatan hamba pribadi. hamba masih ingin hidup di dunia
ini, Ya Allah.
Amin
ya Robul Alamin.
*
Sudah
lima hari ini lengan kananku sakit.
Seperti linu gitu rasanya. Sbg tindakan awal, aku pijat-pijat dengan balsem dan
minyak urut. Mereda sedikit sakitnya,
tapi kambuh kemudian.
Kuoles
dengan salep counterpain.
Agak
mereda namun, semakin parah linunya. Sekarang menjalar hingga ke punggung dan
leher. Aduh, jangan-jangan aku bakal kena stroke. Yang aku baca di internet
memang begitu.
Tak
mau menduga-duga, aku langsung menuju ke rumah sakit. Ya Allah, antriannya
bejibun. Aku harus antre di belakan emak-emak yang sudah tua renta. Mana
dokternya datang siang-siang, lagi!
Saat
aku mengutarakan ke petugas, aku akan berobat lain hari, mendadadk kulihat
dokter Spesialis Syarafnya datang. Aku langsung di nomor satukan sama mbak
petugas. (hehehe KKN dikit boleh, kan!)
Lenganku
disuntik obat penenang. Aku juga diresepkan obat Ranitidin, Diclofenak Sodium
dan vitamin B-12. Ini hampir sama kayak obat waktu aku sakit HNP di punggung
dulu.
Aku
segera ke warung makan untuk pesan makan sambil minum obat. Tapi rasa nyeri ini
tak juga hilang. Bahkan semakin parah rasanya. Kalau nggak malu, pengen nangis
gulung-gulung aja!
Aku
istighfar, mohon ampun pada Allah.
Mungkin
ini akibat dosa-dosaku pada Allah. Atau ini kiriman santet dari
musuh-musuhku? Ya Allah, aku nggak mau
berburuk sangka. Tapi aku merasa sakit ini ada faktor ‘kiriman’ dari
orang-orang yang pernah berseteru denganku.
Kutelepon
ibuku,”Mak … tolong doakan saya. Doakan agar sakitku berkurang. Aku takut kalau
dikerjai orang”
Ibuku
mengiyakan dan segera melaksanakan sholat dua rokaat. Aku yakin, doa ibu adalah penangkal segala
mara bahaya. Beberapa menit kemudian, aku tertidur dan merasakan sakitku agak
berkurang.
Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar