Suara Takbir lebaran menggema di mana-mana, di surau, mushola hingga masjid terdekat. Suara takbir lebaran kali ini seolah mengiris-iris hatiku.
Tidak
ada bapak lagi pada lebaran kali ini.
Itu
yang membuat hatiku sendu pada lebaran tahun ini. Tidak terasa sudah setahun
bapak meninggalkan kami. Dan kamu tahu bagaimana rasanya ditinggal bapak?
Hampa.
Kosong. Merana.
Sungguh
sangat trenyuh kalau mengingat jasa-jasa seorang bapak. Terbayang bagaimana dia mencari nafkah sekuat
tenaga untuk menghidupi anak dan istrinya.
Bagaimana dia mengekang keinginan
pribadinya untuk bersenang-senang, demi mencukupi kebutuhan keluarganya?
Itu
sangat berat.
Bapak
... bapak ... bapak akan selalu kuingat jasa-jasamu.
Bapak
... bapak ... bapak akan selalu kukirim doaku untukmu.
Semoga
Allah mengampuni semua dosa-dosamu, menerima amal dan ibadahmu, Bapak.
*
Pukul setengah delapan, aku, ibu dan Tata berbaur mengunjungi tetangga-tetangga. Ini semacam tradisi di tempat kami. Jadi usai melaksanakan sholat ied, kami saling bersalam-salaman di jalan gang.
Riuh,
guyup dan penuh kekeluargaan.
Sejenak
kami melupakan semua dosa, masalah dan kesalahan yang para tetangga lakukan. Semoga Allah menghapus semua dosa-dosa
yang telah kami perbuat. Sebagai manusia (biasa) jelas kami tak luput dari dosa
yang kami lakukan baik secara sengaja atau tidak. Itu manusiawi.
Yang
jelas, kami semua bergembira pagi ini.
**
Kuperiksa
hapeku.
Ada
beberapa notifikasi ucapan selalat lebaran. Rata-rata dari teman-teman kantor.
Anehnya, dari kantorku sendiri, hanya Pak Mun yang mengirimkan ucapan mohon
maaf lahir dan batin.
Dari
Pak Sol, Mbak Yun dan Pak Mul malah tak
ada. Okelah, bisa jadi mereka beranggapan tak perlu mengirimkan ucapan lewat
WA. Tapi secara etika, hal ini sudah salah besar.
Aku
merasa mereka tidak menganggapku sebagai kepala bagian. Mereka mengacuhkan ini
semua. Terus, kenapa aku masih menganggap mereka sebagai teman baik? Catat ini.
Mbak
Tut saja yang lebih senior mengirimkan
ucapannya terlebih dahulu. Pak san yang pangkatnya lebih tinggi juga
mengirimkan ucapan. Jadi apa yang harus aku perhatikan dari anak buah yang
kurang ajar seperti ini?
OK,
let’s play the game.
Pak
Aji juga mengirimkan ucapan mohon maaf Lahir & Batin. Ini sedikit
mengagetkan aku. Bagaimana tidak? Beliau adalah mantan bapak buahku yang
kulayani selama setahun lebih. Aku melaksanakan apapun yang beliau perintahkan.
Tapi
aku kecewa berat saat mendengar dari Bu Tres bahwa beliaulah yang ingin
menggantikan posisiku sebagai pengurus. Apa salahku? Apa dosaku di organisasi?
Sepertinya
ada ‘intrik’ di organisasi ini.
Ada
beberapa teman yang memang suka mencari muka dengan cara menjelek-jelekkan
orang lain demi meningkatkan pamornya sendiri untuk mencapai sebuah jabatan.
Dan
aku ikhlas menerima ini semua.
Tapi
menjalani rasa ikhlas itu memang berat. Saat itu aku panjatkan doa agar
orang-orang yang memfitnahku menerima balasan dari Allah. Agar Allah membuka
takbir dosa yang telah mereka lakukan.
Dan
Ya Allah ... ternyata Allah sudah mendengar doaku itu.
Pak
Te dan Pak Aji ketangkap saat sedang berasyik masyuk di sebuah club. Itu jelas
sebuah pelanggaran bagi disiplin organisasi. Pak Te bahkan harus ‘dibuang’ ke
Sorong Papua sana.
Sementara
itu, Pak Wah yang aku yakini sebagai biang kerok dari organisasi ini malah
menerima balasan yang lebih kejam. jari-jari anaknya protol kena gir sepeda
motor yang sedang dicucinya sendiri.
Karma
yang menimpa anaknya jelas lebih menyakitkan daripada kena dia sendiri. Anak
adalah harapan masa depannya. kalau anaknya sudah cacat begitu, apa tidak sakit
hatinya?
Wallahu
alam bissawab.
#LEBARAN
#HARIRAYA
#IEDULFITRI
#LEBARAN
#HARIRAYA
#IEDULFITRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar