Sore
ini nggak kemana-mana. Aku bersiap diri untuk menghadiri undangan rapat Pak RT.
Kebetulan, kemarin belum sempat berhalal-bihalal dengan beliau.
Jam
4 sore aku sudah dandan rapi dan wangi. Tapi kog tidak ada satupun undangan
yang hadir? Hingga jam 5 sore, tidak juga ada undangan yang hadir.
Watcha!
Ternyata
undangannya jam 7 malam, usai sholat Isya. Yang aku baca kemarin undangan untuk
para ibu-ibu. Ya Tuhan, bodoh kog yo nggak mari-mari.
Sambil
menunggu waktu rapat tiba, aku lewatkan dengan berbincang-bincang sama emak.
Seperti biasa, yang emak keluhkan adalah perilaku kakak lelakiku yang
sepertinya mula bingung dengan keluarganya.
Aku
hanya mendengarkan keluhan beliau saja, biar agak lega dadanya ada yang
mendengarkan ceritanya. Lagian, kalau dipikir itu semua adalah kesalahan
kakakku sendiri.
Aku
menilai sebagai kepala keluarga dia telah gagal. Kalau anak-anaknya berani sama
ayahnya, pasti ayahnya dulu terlalu memanjakannya. Kalau istri sudah mulai
melawan, berarti ada pola pembinaan yang salah selaku suami.
Itu
saja sih pendapatku tentang permasalahan rumah tangga kakakku.
*
Jam
setengah tujuh, aku sudah hadir dan berbasa-basi dengan Pak RT. Anak dan
keponakannya yang sudah gede-gede turut bergabung dalam pertemuan ini.
Sebelum
ada yang datang, berbincanglah aku dengan anak dan keponakan Pak RT. Mereka
cerita tentang keangkeran rumah mereka.
Ada beberapa gangguan mistis yang dialami oleh keluarga ini.
Aku
bilang bahwa di komplek perumahan ini
memang terbilang angker dan banyak hantu-hantu bergentayangan. Tetapi kita
harus yakin bahwa derajat manusia lebih tinggi dari para jin itu. Jadi tak
perlu ada yang ditakuti.
Pembicaraan
terhenti, bapak-bapak undangan sudah mulai berdatangan. Acara rapat dimulai. Intinya penunjukan pada
beberapa jabatan di RT yang kosong. Aku tak luput ditunjuk sebagai salah satu
pengurus 1. Sayangnya, pasanganku
bukanlah orang yang aku harapkan.
Aku
merasa tak bisa bersinergi dengannya terkait masa lalunya.
Tapi
ya sudahlah, aku berjanji akan melaksanakan kepercayaan yang telah diberikan
sebagai sebuah amanah yang harus dilaksanakan dan junjung tinggi.
Sudah
jam setengah sepuluh malam, dan acara santai diisi oleh Pak Dade yang berbagi
ilmunya tentang manfaat senam peregangan tubuh setelah bangun tidur.
Aku
pamit pulang mendahului karena mataku
sudah mengantuk. Disamping itu, penjelasan Pak Dade terlalu bertele-tele.
Niatnya memang mau sharing tapi terkesan malah menyombongkan diri.
Lha
masak sharing tentang senam kog malah cerita tentang beliau yang sudah
berkali-kali naik haji? Ini mah joko sembung. Nggak nyambung, kali!