Dear Diary …
04.15 WIB
Entah kekuatan
apa yang membuat aku sanggup mandi dengan
air dingin hari ini. Sudah hampir
sebulan ini aku selalu mandi dengan air
hangat. Kuguyur badanku tanpa
terkecuali. Kusapukan sabun pada sekujur tubuhku. Berharap semua dosa-dosa ikut
rontok bersama luruhnya busa-busa di tubuhku yang seksi.
Haaa …
sepertinya aku sedang berhalusinasi berat.
Mana ada sih
kulit aki-aki yang seksi? Hmm … aku sepertinya harus sadar diri. Kulitku tentu
saja tidak sebagus, sekencang dan sekenyal kulit pemuda-pemuda berumur 20 tahunan seperti yang terpampang di
media-media sosial itu.
Astaghfirullah
hal adzim …
04.20.
Aku tiba di masjid dekat rumah. Sudah ada sekitar 50 atau 60 orang di dalam
masjid. Masya Allah. Begitu banyak orang yang antusias beribadah. Kuamati,
rata-rata sudah 60 tahun ke atas. Para lelaki seusia bapakku.
Beberapa
diantaranya aku kenal sebagai mantan Komandanku yang dulu terkenal sebagai
lelaki yang tampan, kharismatik, tegas dan berwibawa. Sekarang aku hanya
melihatnya sebagai lelaki tua yang lemah, lelah dan pasrah. Tak ada lagi gurat-gurat semangat di raut
wajahnya. Mungkin saja dia berharap segera dipanggil oleh Allah SWT. Namun apa daya kematian yang indah belum juga
bersedia menjemputnya.
Di sudut kanan
masjid, kulihat lelaki tua yang duduk di kursi. Dua kakinya tertekuk. Kaku. Mungkin
dia pernah kena stroke. Sepertinya dia
memang sudah tak bisa berdiri ataupun bersujud saat melakukan sholat. Namun aku
salut dengan tekadnya untuk tetap beribadah di masjid. Itu tentu sebuah usaha
yang teramat keras.
Iqamat
dikumandangkan.
Aku segera
berdiri dan melakukan ibadah Subuh.
Shaf-shaf sudah dirapatkan. Tapi
aku tak sanggup membaca doa-doa. Bahkan
satu suratpun tidak bisa aku lafalkan. Pikiranku
buntu. Aku sadar ini bukan shalat yang
sebenarnya, karena saat shalat seharusnya kita hanya berpikir tentang Allah. Harusnya
hanya ada aku dan Allah.
Jadi, aku
hanya bisa menangis.
Aku menangis
dan terus menangis tanpa suara. Berharap
air mataku yang jatuh menjadi bukti penyesalan atas segala kesalahan dan dosa-dosa yang telah
kulakukan. Astaghfirullah. Hamba-MU ini
sungguh penuh dengan dosa.
Tuhan,
ternyata aku hanya bisa menangis.
Berharap
tangisku Engkau dengar.
Berharap
tangisku sanggup mengantarkanku ke Surga.
Sungguh Nista.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar